Kamis, 24 April 2008

SAJAK KEPADA KAWAN

Kepada Kawan

Perjalanan tahun ini
Akan terasa sepi
Tanpa hadirmu di sisiku

Pada burung yang datang
Kau sampaikan berita perang
Cintamu kau tukar dengan nyanyian sumbang

Oh kawan,
Lihatlah ilalang yang tumbuh liar
Mereka tetap setia kepada padang
Sekalipun kemarau panjang menjadikannya gersang
Pada perjalanan tahun lalu
Kau petikkan aku kembang
Kutaruh di dalam kanvas emas
Sekerat cinta tanpa keju, setahun lalu
Kita nikmati lebih lezat dari yang seharusnya

Keparat,
Pengkhianat menyusup ke dalam tubuhmu yang mulai rapuh
Menghisap kearifan yang seharusnya mengakar kuat
Dalam tiap-tiap lubang pori-porimu
Panasnya lahar yang kau muntahkan ke jantungku
Mengoyak pertahananku sekeras aku menafikkannya

Maafkan aku kawan
Kenyataan pahit ini harus kita telan
Kuputuskan untuk terus berjalan
Meski kita tak lagi saling menyayang


Menanti Keajaiban

Di dalam hidup ini akan aku temukan
sebuah keajaiban – katamu penuh semangat
Lalu kaupun terlena, merajut mimpi
di atas tumpukan bara yang kapan saja bisa menjilat
Matamu terpejam rapat, menjelajah malam dalam kemunafikan
Kau kelabui semua orang dengan tawa sihirmu
Kau bertahta anggun di balik lapisan jubah
yang menjuntai menutupi roda-roda kakimu

Cukup lama kau hidup, bersanding dengan kecongkakan yang mulai muak
Muak pada tingkah lakumu yang penuh syahwat
Membakar sisi-sisi kemanusiaanmu hingga tak berbekas
Aku juga muak, semua orang mulai muak
Muak pada kemolekan rupamu yang menyilaukan
Muak pada kebusukan hatimu yang selalu kau taburi aneka wewangian
Hingga tak banyak orang bisa mengendus racunnya
Bibir tipismu berdesis, wajahmu meradang sinis
Kubiarkan kau, berjalan di atas bara yang kau ciptakan sendiri

Lalu kau terjaga
Tidaaa…k! kau berteriak dengan mata terbelalak.
Di dalam hidupmu yang cukup panjang,
ternyata tak jua kau temukan keajaiban yang kau damba.
Yang ada hanyalah lautan bara yang menyala
Menjilat-jilat seperti lidah
Berkecipak kecipuk seperti darah
Dan kau terjilat, dan kau terciprat, kau terbakar baranya
Jiwa dan ragamu menyatu dalam bara syahwatmu
Rupa manusiamu seketika berubah menjadi iblis betina
Mungkin itu keajaiban yang kau tunggu.


Resign

akhirnya, kutinggalkan juga bahteramu
kuputuskan untuk berlabuh di dermaga rumahku
bertahun-tahun berjuang mengembangkan layarmu,
hanya menghasilkan kepedihan dan kekecewaan saja
ombak dari gelombang nafsu terus kau kayuh
menyeret para kelasi ke dalam geladak penuh nanah
cipratan air laut menyerap sisa-sisa kehikmatan
hingga tak ada lagi yang tertinggal untuk
kupersembahkan sebagai upeti untukmu


keputusan ini telah lama meracuni pikiranku
lalu diam-diam merembet ke kepala-kepala yang lain
turun dan bergulat di rongga-rongga dada kami
sengaja kami tahan, agar tidak cepat meluncur keluar
namun seringai angin mengabarkan pesakitanmu
ombak dari gelombang nafsumu semakin tinggi
menghempaskanmu pada buritan penuh enerji
enerji negatif dipenuhi kesumat mati

“Maafkan kami, perjalanan kami sebaiknya hanya sampai di sini
layar telah terkembang begitu rupa, ratusan dermaga
telah berhasil kita singgahi. Kau miliki bahtera ini.
Jangan berhenti. Laut yang kau arungi masih luas terbentang.
Suara-suara perempuan tertindas masih nyaring terdengar.
Jangan kau banjiri luka mereka dengan darah permusuhan kita.
Kayuhlah lebih keras. Masih banyak dermaga yang menantimu

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Hallo mbak, apa kabar? Bentar lagi aku pulang nih (what should i do?) Kita reuni aja yuuuk hiii. Puisinya mangkin keren ajeh nih!

Diah Rofika mengatakan...

Hai thanks ya. There is a lot of activities waiting for you. Di antaranya mengajariku supaya aku juga bisa sekolah keluar negeri. habis gagal maning-gagal maning. Jadi dont worry. Of course dong kita harus reuni. Gd. C Lt.3 Fisip UI siap menerima kunjungan pertamamu dan kita akan menikmati udang galah nya mang "Engking" pasti ketagihan deh.

Diah Rofika mengatakan...

Eh ada yang lupa, Farid kamu bulan apa balik ke Indonesia?