Selasa, 02 September 2008

SAJAK KITA DAN TUHAN

DALAM DAMAI

Dalam damai Engkau ada
Menjamah raga ketika lara
Mengusir duka menjadi suka
Meredam luka menabur tawa

Dalam damai Engkau ada
Memberi cinta menebar asa
Saat jiwa berlumur dosa
Kau ada mengajak bicara


KETIKA FAJAR

Hening dalam fajar
Terhampar selembar tikar
Merunduk kening mengusir gusar
Tatkala iman mulai samar


KETIKA PAGI

Ketika pagi telah tiba
Terpikir olehku mencari harta
Tanpa terlupa melewati dhuha
Agar rizki terhindar dari riba


KETIKA SIANG

Terik mentari membakar hari
Tak terpikir untuk menghindar pergi
Melainkan keinginan untuk menghadap Ilahi
Menahan hasrat agar tak lupa diri


KETIKA SENJA

Waktu di mana iblis menghampiri
Merajah sepi mengebiri hari
Menggeliat dalam dekapan ashari
Mengumandangkan ayat suci pelindung hakiki
Lalu maghribpun menghampiri
Iblis segera pergi terpercik air suci


KETIKA MALAM

Dalam malam aku terjaga
Mereguk air dalam dahaga
Saat sajadah terbentang lega
Terbayang di mata cahaya surga

Sunyi dalam malam
Kulantunkan nyanyian kalam
Bersama Tuhan aku tenggelam
Menebus dosa di masa silam


TAHAJUD

Malam ini,
Seperti biasa
Di sudut sebuah surau tua
Kubasuh mukaku dengan air suci

Malam ini,
Seperti biasa,
Kulantunkan ayat-ayat suci
Mencoba menyatu dalam raga yang Maha Tinggi

Wahai Zat yang menguasai malam
Sambutlah aku bersama buaian kalam
Dalam kekhusu’anku Engkau bergumam
Tahajud akan membuat hidupku tentram


TSUNAMI

Bumi marah
Membuncah buih
Dari pusaranya
Meronce angin menuai badai
Tinggi berayun
Sepoinya tak terdengar
Berganti gertakan
Seketika bumi luluh lantah
Tercerai berai seperti sampah


GEMPA

Kaki bumi terhentak
Hingga gugusan bintang ikut bergoyang
Matahari dan bulan
Menggelantung berpegangan erat
Tebalnya awan tak mampu meredam
Goncangan alam
Manusia dan apa yang dimilikinya
Tersungkur di ujung kaki bumi


SEPASANG MATA

Sepasang mata
Terpejam dalam hening sepi
Menyelam jauh ke dasar hati
Mencari kebenaran sejati

Sepasang mata
Mengalir dua anak sungai
Membasahi kanvas yang penuh noda
Mengacaukan warna yang tertera di sana

Sepasang mata terus terpejam
Memohon percikan kasih
Dari Dia yang pernah memberi
Selembar kanvas putih


PASRAH DAN PUTUS ASA

Hampir tak ada beda
Antara pasrah dan putus asa
Keduanya hanya bisa dirasa
Namun tak bisa diraba

Kepasrahan adalah penyerahan
Setelah terkumpul semua usaha
Keputusasaan adalah penyerahan
Setelah semua usaha dianggap sia-sia


SAJADAH

Selembar sajadah
Menyimpan banyak sejarah
Mulai dari orang yang merasa bersalah
Hingga mereka yang merasa kalah

Selembar sajadah
Menyimpan banyak sejarah
Mulai dari orang yang menengadah
Hingga mereka yang merasa dirinya berlimpah

Di atas selembar sajadah
Mereka berdiri menundukkan wajah
Di atas selembar sajadah
Mereka duduk dalam pasrah
Di atas selembar sajadah
Mereka memohon ampun dan ijabah


DO’A ANAK PELACUR

Tuhan,
Pendarkanlah cahaya bulanMu
Untuk menerangi jalan ibuku
Yang bekerja keras mencari nafkah
Untuk membesarkanku

Tuhan,
Berikanlah sepercik kasihMu
Untuk memberi kekuatan kepada ibuku
Yang telah mengorbankan harga dirinya
Hanya demi menyekolahkanku

Tuhan,
Berkahilah ibuku
Yang telah mengajarkanku kepadaku
Tentang diriMu
Hingga aku bisa bersimpuh di hadapanMu
Untuk senantiasa memuji namaMu

2 komentar:

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

salam kenal
selamat menunaikan ibadah puasa
saya singgah sejenak ya
sekedar berteriak
tanpa nilai
semoga kita bisa cakap-cakap dan berdiskusi
saya masih sangat liar dalam menulis.. kadang lari tak tau jalan pulang..

Diah Rofika mengatakan...

Hai........sori ya Matahari Timur, lama aku tak membuka-buka blog ini, maklum kebanyakan blog neh. Terimakasih telah sudi singgah di bengkel puisiku.
Menulis adalah menuangkan apa yang ada di dalam hati dan pikiran kita. Jadi,tak perlu khawatir dengan keliaran tulisan anda.
Dunia puisi adalah dunia kebebasan berekspresi, ayo terus menulis.
salam kenal
diah rofika