Kamis, 06 Oktober 2011

PADA ANGIN AKU BERSERU

Pada angin yang berlalu aku berseru
Berhembuslah tetapi jangan menderu
Kelu seluruh tubuhku menahan rasa ngilu
Darah mengental hingga ke ujung kuku
Beku dan membiru

Tembok-tembok diam membisu
Kepadaku mereka menatap pilu
„Es tut mir leid“, aku tidak bisa membantu
Begitu mereka merespon keluhanku

Matahari tersipu malu
Melihatku meringkuk sendu
Kedua tangannya terentang siap merengkuhku
Namun apa daya sinarnya tak bisa sampai ke tubuhku
"Entschuldigung, schade, sinarku tak mampu menghangatkanmu"
Begitu matahari berkata padaku

Keine Problem, jawabku
Menyadari tiap hari kerjaku berkeluhkesah selalu
Padahal masih banyak orang yang lebih menderita dariku
Kepanasan, kedinginan tanpa teman untuk mengadu
Berkeliaran di jalan-jalan bahkan kadang tanpa baju
Tak ada rumah tempat mereka bisa menyalakan tungku
Atau menyeduh teh, kopi atau susu apalagi makan keju

Tidak ada komentar: