ABU DAN KELABU
Lembayung senja
Tak lagi berwarna jingga
Ketika suara gemuruh itu
Mengubahnya menjadi abu-abu
Langit pun seketika menjadi kelabu
Api memercik di cakrawala
Berpijar laksana fajar
Lahar dan lava berlari mengejar
Hawa panas pun seketika menyebar
Lalu semuanya terbakar
Pepohonan, bangunan, hewan dan manusia
Laksana kayu bakar
Ketika pagi telah merekah
Warna langit tak juga berubah
Tetap kelabu dan berdebu
Abu-abu mendominasi di antara tangisan pilu
Debu-debu mengotori wajah-wajah sendu
Merapi tak jua berhenti menggerutu
Merapi tak jua berhenti mengumbar debu
Manusia hanya bisa menunggu
Manusia hanya bisa menghitung waktu
Karena hanya Tuhan yang Maha Tahu
Kapan bencana ini akan berlalu
SEPUCUK SURAT DARI IBU (I)
Untuk anak dan cucuku sekalian
Yang sekarang tengah berada di tempat pengungsian
Sepucuk surat ini kutulis untuk kalian
Sebagai ungkapan rasa kasih sayang
Serta ungkapan penyesalan dari hati yang paling dalam
Sungguh bukan maksud ibu untuk membagi beban
Apalagi melibatkan kalian dalam berbagai cobaan
Karena ibu tahu kalian sedang berjuang
Membangun kehidupan agar terus berjalan
Sesuai dengan aturan dengan mengedepankan keadilan
Serta mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan
Hati ibu sedih bukan kepalang
Melihat kalian yang sekarang sedang dirundung malang
Dada ibu sesak oleh tangisan
Melihat kalian jatuh bangun dalam berbagai cobaan
Seluruh badan ibu sakit tak tertahankan
Melihat kalian hidup dalam penderitaan
Mata ibu tak kuat lagi menahan sedu sedan
Melihat kalian hidup dalam kesengsaraan
Berdesak-desakan di tempat pengungsian
Makanan utamanya hanya mie instant
Maafkan
Ibu tak sanggup untuk menanggung beban ini sendirian
Ibu butuh semangat dan dukungan dari kalian
Karena itu janganlah kalian terjerumus ke dalam keputusasaan
Ayo bangkitlah kalian menata kehidupan
Ayo bangunlah kalian untuk menggapai harapan
Ayo maju kembali untuk menyongsong masa depan
Ingatlah semua yang pernah ibu ajarkan
Tentang kebinekatunggalikaan
Tentang persatuan dan kesatuan
Jangan jadikan perbedaan sebagai pemicu pertikaian
Apalagi untuk memutuskan tali persaudaraan
SEPUCUK SURAT DARI IBU (II)
Untuk anakku yang sedang berada di negeri seberang
Kukirimkan sepucuk surat ini untuk kalian
Yang tengah merantau di negeri orang
Bukan maksud ibu untuk mengganggu ketenangan kalian
Apalagi untuk menambah beban pikiran
Ibu hanya ingin menceritakan kepada kalian
Tentang bencana yang melanda tanah kelahiran kalian
Yang mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan yang tak berkesudahan
Wasior, Mentawai dan merapi sangat butuh perhatian
Dari kalian semua yang sekarang bergelimang kebahagiaan
Ijinkan ibu untuk mengetuk hati kalian, sekaligus untuk menggalang kepedulian
Seperti yang dulu selalu kakek dan nenek ajarkan
Tentang saling berbagi dalam penderitaan
Tentang saling tolong menolong dalam kebaikan
Tentang saling dukung mendukung untuk mencapai kebahagiaan
Anak-anakku, ulurkan tangan kalian
Untuk menolong saudara-saudara kalian yang sekarang sedang menjadi korban
Agar mereka tak merasa sendirian
SEPUCUK SURAT DARI IBU (III)
Untuk anak-anakku yang menjadi pejabat tinggi
Tugas kalianlah untuk mengamankankan negeri
Dari berbagai dekadensi
Memperbaiki masalah ekonomi
Menurunkan harga-harga yang melambung tinggi
Memperhatikan nasib para petani
Agar mereka sukses memanen padi
Sehingga semua rakyat di negeri ini bisa menikmati nasi
Meski hanya dengan tempe tahu dan sambal terasi
Anak-anakku yang menjadi pejabat tinggi
Tugas kalianlah untuk mencetak generasi bangsa yang berprestasi
Yang memiliki keluhuran budi pekerti
Yang memiliki mental anti korupsi
Serta tidak melulu memupuk materi
Untuk keluarga kalian sendiri
Dengan memberi mereka cukup asupan gizi
Serta mengantar mereka hingga ke jenjang pendidikan tertinggi
Insya Allah mereka akan menjadi generasi bangsa sejati
Anak-anakku yang menjadi pejabat tinggi
Lihatlah rakyat kalian yang sedang mengungsi
Mereka sedang berusaha untuk berbenah diri
Dari keterpurukan akibat meletusnya gunung merapi
Gempa dan Tsunami
Tetapi mengapa kalian justru berbondong-bondong pergi keluar negeri?
Meninggalkan mereka menderita seorang diri?
Apakah kalian sudah tidak memiliki hati nurani?
Sehingga kalian tega hanya memikirkan diri sendiri?
Dan enak-enak mencari kesenangan pribadi?
Ingatlah jasa rakyatmu yang telah mengantarkanmu mencapai posisimu ini
Suara mereka masih kau butuhkan untuk Pemilu nanti
BALASAN UNTUK SURAT IBU
Ibu
Bumi kita memang sedang sakit ibu
Langit kita juga kelabu
Suara-suara kicau murai tak lagi terdengar merdu
Karena pucuk cemaranya terselimuti oleh abu
Hingga daun-daunnya menjadi layu
Ibu, bumi kita sedang merajuk
Dan sering mengeluarkan batuk
Mungkin semakin banyak manusia yang tidak mau tunduk
Atau juga karena diam-diam di kepala mereka mulai ditumbuhi tanduk
Akibat dari sifat mereka yang serakah dan kemaruk
Ibu, bumi kita sedang marah
Melihat para pemimpin kita yang tidak amanah
Uang rakyat tanpa malu mereka jarah
Penyakit-penyakit korupsi tumbuh subur di tubuh mereka hingga mengeluarkan nanah
Baunya membuat kami ingin muntah
Tetapi sedikitpun dari mereka tidak merasa jengah
Apalagi merasa bersalah
Ibu, bumi kita mulai rapuh
Seiring dengan usianya yang mulai sepuh
Kulitnya sedikit demi sedikit mulai melepuh
Terbakar oleh cahaya matahari tanpa ada kesempatan untuk berteduh
Sehingga membuatnya bersimbah peluh
Ini juga karena ulah manusia yang susah untuk bersikap patuh
Mencemari laut dan sungai hingga airnya berwarna keruh
Mengotori daratan dengan berbagai sampah hingga terlihat kumuh
Beban yang ditampung bumi sudah terlalu penuh
Dia mulai mengeluh
Dia mulai merasa jenuh
Dulu ibu pernah bercerita bahwa bumi kita ini bundar
Karena itu setiap hari dia berputar
Memberi kesempatan kepada seluruh manusia untuk dapat menikmati fajar
Dan kehangatan sinar mentari yang terus memancar
Atau keindahan bulan yang membuat malam tampak berbinar
Ibu juga bercerita bumi kita ini memiliki beberapa lempengan dan patahan
Ketika berputar dia akan membuat gerakan
Setiap gerakannya akan menimbulkan gesekan
Setiap gesekan itu akan menimbulkan pergolakan
Begitulah bencana-bencana alam yang terjadi ini kita ibaratkan
Patahan dan lempengan saling bergesekan
Saling bertabrakan dan saling berbenturan
Menimbulkan berbagai goncangan
Air laut tumpah ke daratan
Isi gunung muncrat berhamburan
Menumbangkan tumbuhan dan pepohonan
Menghancurkan rumah dan bangunan
Menghanyutkan segala kekayaan
Termasuk memisahkan nyawa dari badan
Ibu, inilah bumi kita yang sudah mulai sekarat
Tetapi kami harap ibu tetap sehat
Dan membantu kami menemukan solusi yang tepat
Membangun Indonesia menjadi negeri yang aman dan selamat
Semoga waktunya belum terlambat
Untuk seluruh anak negeri merubah sifat
Agar Indonesia tetap bermartabat
(Puisi adalah kebebasan jiwa untuk mengungkap semua yang dirasa)
Sparrstrasse 2, Berlin 13353
Puisi-puisi ini di muat dalam buku antologi puisi NEGERI CINCIN API
Tidak ada komentar:
Posting Komentar